Namanya:
-joko
-arif
-alim
-anto
Sebenarnya apa saja sih yang harus dilakukan oleh seorang kameramen? Tak jauh berbeda dengan
gambaran yang kita punyai di otak kita saat membayangkan pekerjaan seorang kameramen. Hanya saja,
saat kita membayangkan, tentunya akan berbeda dengan orang yang menghadapi objek berita.
Tugas utama seorang kameramen tentunya adalah mengambil angle berita yang terbaik untuk
bisa disajikan sebagai suatu acara, baik untuk acara hiburan ataupun acara-acara yang lebih serius.
Dalam pengambilan gambar, dia juga ditemani oleh seorang reporter. Bersama dengan reporterlah
mereka akan mengejar berita yang telah ditentukan seorang koordinator liputan (korlip). Dalam waktu
sehari, seorang kameramen bisa meliput sekitar 3 macam berita, atau bahkan bisa lebih. Tergantung
porsi dan kewajiban yang dibebankan padanya.
Setelah pengambilan gambar, rekaman gambar yang didapatkan diberikan dan di-edit ulang untuk
ditayangkan di televisi. Tugas mengedit ini dilakukan oleh seorang editor. Meski terkadang,
tugas ini bisa saja dilakukan oleh kameramen itu sendiri bersama dengan reporter yang bersangkutan.
Jika Anda tertarik untuk menjadi seorang kameramen ini, modal pertama yang diperlukan adalah
keberanian Anda menghadapi segala macam kemungkinan. Kenapa demikian? Yah, coba saja Anda
bayangkan, jika Anda harus meliput kerusuhan, bukan tidak mungkin Anda sebagai kameramen
bisa “terkena” imbas dari kerusuhan tersebut.
Syarat-syarat yang lain misalnya tinggi minimal 170 cm, ini diperlukan untuk mengambil
angle gambar yang terbaik, jika menghadapi kerumunan. Biasanya juga seorang kameramen juga
berbadan tinggi besar. Tak mengherankan, karena tugasnya harus menenteng kamera dengan berat
sekitar 10 kg sambil berlari-lari, misalnya. Syarat mendasar lainnya adalah, tak memakai
kacamata. Tentu saja demikian, karena dalam mencari berita, jika seorang kameramen memakai
kacamata, akan sulit dalam mendapatkan objek yang ingin “ditangkap” oleh lensa kamera.
Tetapi tentunya persyaratan tersebut hanyalah persyaratan dasar saja.
Suatu hari seorang Pengusaha berkembang pergi melihat pameran lukisan-lukisan. Karena saat itu beliau mengalami sakit mata dan penglihatannya kabur, maka ia mengajak satu ajudannya untuk menuntunnya.
Pengusaha : "Wah, lukisan ini bagus ya. Gambar ikannya bener-bener hidup."
Ajudan: "Shttt... Jangan keras-keras Pak. Itu gambar buaya."
Kemudian mereka berpindah ke lukisan lain.
Pengusaha: "Gambar Gajah ini benar- benar gagah."
Ajudan: "Shttt... Ojo keras-keras Pak. Itu gambar banteng."
Pengusaha itu kemudian menahan diri memberi komentar sampai ia tiba pada satu pojok ruang pameran dia berseru: "Wah, sing iki apik tenan. Lukisan Gorila nya begitu nyata anatominya."
Ajudannya langsung tertegun dan berkata: "Sssst... Jangan keras-keras Pak. Itu cermin!"
PETANI DAN SELES SEPEDA
Seorang sales sedang mencoba membujuk seorang petani untuk membeli sebuah sepeda. Si petani menolak untuk membeli sebuah sepeda, tapi ternyata si sales tampaknya tidak mudah menyerah.
"Hei ... daripada membeli sepeda, lebih baik aku habiskan uangku untuk pelihara sapi," kata si petani.
"Ah," jawab si sales, "tapi coba pikir deh ... Anda akan sangat terlihat bodoh jika Anda bepergian dengan mengendarai seekor sapi."
"Huhh!!" hardik si petani. "Apakah tidak lebih bodoh jika orang melihatku memerah sebuah sepeda!"
Alkisah ada orang gila yg mengira dirinya tuh jagung jadi dia takutttt banget sama ayam, .. karena takut banget di makan. tiap kali liat ayam.. dia pasti lari terbirit2. akhirnya, orang gila ini dimasukin ke rumah sakit jiwa. setaun... dua taun.. tiga taun... akhirnya dia dipanggil oleh sang dokter.
"kamu sudah tau sekarang kamu ini siapa?" kata si dokter.
"sudah dokter," sahut si orang gila
"jadi kamu ini siapa?"
"saya orang, dokter."
"bener?"
"iya dokter, saya orang.. bukan jagung."
"jadi kamu gak takut lagi sama ayam kan?"
"enggak dokter.. gak takut lagi.." '''''''''''''''''''''''''''''''''''''
sang dokter pun manggut2... mengira si orang gila udah waras.
"tapi dokter," sela si orang gila," saya ada satu pertanyaan.."
"apa itu?"
"ayam2 itu..... tau gak ya kalau saya sudah berubah jadi orang?" tanya si orang gila dengan muka khawatir.,,,,,,,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.
Tupai terbang begitulah ia disebut, selalu menggunakan keistimewaan ini sepanjang hidupnya. Digunakan untuk berpindah tempat dari satu pohon ke pohon yang lain. Lalu ekornya yang cenderung lepes menjadi kendali prima arah penerbangannya. Gaya terbang khasnya bukanlah lurus segaris tapi membuat gerakan nyaris melengkung. Polanya, setelah melompat dari satu pohon ia membuat satu “tukikan” lalu melayang lurus, barulah membuat gerakan naik dan hup… mendarat di sasaran dengan menancapkan “roda pendarat” berupa cakar kuat yang tajam di keempat kakinya!
Fantastik! Decak kagum peneliti untuknya. Catatan rekor ketinggian terbang si tupai penghuni belantara Asia, Eropa, dan Amerika Utara ini dibukukan setinggi hampir 50 meter.
Hanya Melayang
Begitupun, tupai terbang sesungguhnya bukanlah benar-benar terbang. Lebih tepat jika disebut sebagai tupai pelayang (gliding squirrel). Namun “apalah arti sebuah nama,,,,,,,..yang jelas tupai dari keluarga Sciuridae ini bisa melayang di udara.
Rahasia kemampuan melayang hewan ini adalah lapisan kulit tipis yang bisa mengembang dan dilipat (mirip sayap hewan kelelawar). Sayap “glider” ini disokong dengan anatomi tubuh dan struktur tulang si tupai yang ringan namun kuat.
Lahir sebagai hewan yang amat lemah, buta dan tanpa bulu, ia menghabiskan beberapa masa bayinya di dalam lubang-lubang pohon sebagai sarang yang disediakan induknya. Biasanya satu indukan bisa melahirkan dua atau tiga anak.
Menginjak usia enam minggu, tupai terbang muda akan mulai melakukan “penerbangan” pertamanya. Ia keluar dari lubang pohon dan mencari pijakan yang mantap dari ketinggian pepohonan, mencoba-coba mengembangkan parasutnya. Setelah “pemansan” yang cukup ia akan melompat dan melayang sendirian. Jika sudah pernah melayang sekali saja, tupai-tuipai muda akan mulai bertualang. Mecoba melayang lagi dan lagi… hingga ia dewasa.
Cukup mudah untuk mengenali si tupai terbang yang banyak mendiami hutan-hutan Asia bagian selatan ini. Tubuhnya berukuran rata-rata 20 cm plus 15 cm bagian ekor. Tetapi ada beberapa spesies yang lebih besar dari ini, seperti tupai-tupai terbang Asia yang bisa mencapai panjang 1,2 meter. Berat rata-rata tupai-tupai terbang ini antara 22 gram – 2,5 kg.
Tupai ini punya mata membulat yang besar dan cakar tajam di ujung jemarinya. Ciri khasnya: lapisan kulit “berlipat” di sisi kiri dan kanan di antara kaki depan dan belakangnya.
Ada 43 spesiesnya yang tersebar di hampir semua belahan dunia. Yang menjadi tokoh utama kita kali ini adalah tupai terbang biasa yang menyandang nama latin Glaucomys sabrinus. Tetapi dalam identifikasi ilmiah, yang paling besar di kelompok hewan yang mahir memanjat pohon ini adalah tupai terbang berbulu lebat .
Nokturnal
Hewan pengerat yang suka bersuara ribut ini punya banyak ragam warna. Umumnya paduan bulu coklat dan abu-abu. Tetapi ada varian lain yakni abu-abu melulu atau bulu merah kecoklatan di bagian atas dan putih kotor atau krim cerah di bagian bawahnya. Warna-warna ini mungkin menjadi bagian dari sistem pertahanan dan kamuflase (penyamaran) di alam liar.
Mengandalkan sumber makanan berupa berbagai jenis tanaman, biji-bijian, kacang-kacangan, dedaunan, ranting muda, pucuk tanaman, bunga dan akar-akaran. Atau menyelingi menu hariannya dengan aneka serangga, telur, cacing, burung-burung kecil, dan hewan lain yang ukuran tubuhnya kecil. Sesekali juga, tupai terbang akan menyeret bangkai. Jadilah ia hewan omnivora (pemakan segala), paduan herbivora dan karnivora.
Namun berbeda dengan bangsa tupai lain yang beraktivitas di sianbg hari. Spesies tupai-tupai terbang adalah hewan malam (nokturnal). Ia akan menunggu gelap menjelang untuk melakukan perburuan, mencari makan, dan mengisi hari-harinya. Sementara di siang hari ia suka tidur di sarangnya. Lubang-lubang pohon yang gelap, hangat, dan nyaman. Karena itulah sejak lama para penjelajah hutan jarang melihat tupai terbang di siang hari.
Indera dan semua sensor hewan ini sangat peka dikegelapan. Dengan sistem “navigasi” dan “penginderaan malam” ia melayang dari satu pohon ke pohon lain. Sifat ini membuat para ahli menggolongkannya sebagai hewan nokturnal arboreal. Artinya hewan malam yang menghabiskan waktunya di ketinggian pepohonan dan jarang turun ke darat.
Walau bergerak di malam hari, tupai-tupai terbang punya musuh yang juga tergolong hewan nokturnal. Di dalam gelap, perjuangan untuk bertahan hidup dilakukan. Menghindari jenis predator alaminya seperti ular arboreal, rakun, burung hantu, cayote, rubah, weasel, burung malam, bahkan kucing rumahan.
Jika nasibnya baik, tupai-tupai terbang mampu bertahan hidup sampai usia 15 tahun. Di Indonesia, tupai-tupai terbang tersebar di hampir semua pulau-pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa. Tetapi tak pernah ditemukan di Papua. Di negeri ini ia punya nama khusus yaitu “bajing loncat” atau “bajing terbang”.
Bahkan di Kalimantan, ada bajing terbang ada yang berukuran “raksasa” sampai 1,3 meter. Dialah tupai terbang merah raksasa (Petaurista petaurista) yang mampu meluncur dan melayang sejauh 450 meter di kegelapan malam! (berbagai sumber)
Tikus dan Uret Serang Tanaman Padi di Gunungkidul |
Hama tikus dan uret menyerang tanaman padi di Kabupaten Gunungkidul. Hama tikus yang semula hanya menyerang kawasan selatan, kini mulai merambah kawasan utara. Sedikitnya lima hektar tanaman padi di Kecamatan Nglipar diserang tikus. Bila tidak segera dilakukan pengendalian, serangan akan meluas hingga 60 hektar. Sedangkan serangan hama uret telah melanda ratusan hektar tanaman padi di empat kecamatan meliputi Tanjungsari, Tepus, Playen dan Wonosari. Para petani mengaku bingung, sebab sudah berulangkali memberi obat pembasmi uret, namun tak juga menghilang. Khusus menghadapi serangan hama tikus, instansinya sudah melakukan pengendalian sekitar 135 hektar di wilayah selatan. Selain membantu racun tikus, juga menggerakkan para petani untuk melakukan gropyokan. "Hasil gerakan ini memang sudah mulai terasa, tetapi masyarakat tidak boleh lengah karena meski sudah banyak tikus yang tertangkap dan beberapa areal sudah dalam kondisi terkendali, tetapi hama tikus selalu beranak-pinak, padahal mendeteksi tetapi harus aktif untuk melakukan kegiatan, karena untuk mendeteksi populasi tikus tidak mudah," tambahnya. Dijelaskan, serangan hama tikus bersifat sporadis (setempat-setempat) karena dipengaruhi persediaan makanan yang ada. Meski di suatu hamparan tanaman padi terdapat populasi tikus namun jika masih ada tanaman ketela pohon, biasanya tikus tidak menyerang tanaman padi dan memilih memakan umbi singkong. Jika sumber makanan lain sudah tidak ada, terpaksa tikus menyerang tanaman padi. Dipaparkan, untuk membasmi hama tikus, Dinas Pertanian Gunungkidul telah membantu lebih dari tiga kuintal racun tikus seperti Retgon, Phiton, Petrocum Clerat. Sementara obat pembasmi uret sudah dikirim jamur Metarizyum sebagai pengendali hayati yang lebih efektif karena pemakaiannya dapat dicampur dengan pupuk kandang. Hanya saja penggunaan agen hayati tersebut tidak bereaksi secara spontan, butuh waktu untuk membunuh uret. Tidak seperti penggunaan racun kimia yang dapat membunuh uret secara cepat kendati tidak mampu membunuh seluruh populasi. Jamur Metarizyum akan menyerang uret dan menularkan ke uret lainnya sehingga kendati efeknya lambat, tetapi dapat membasmi uret dalam satu populasi. Kelambanan reaksi pengendali uret hayati tersebut membuat petani putus asa. Mereka menganggap racun uret bantuan pemerintah tersebut tidak manjur. Seperti dikemukakan Suradal, petani di Sidorejo, Tepus dan Subur penduduk Logandeng. Menurut kedua petani tersebut obat hama uret bantuan dari Dinas Pertanian tidak manjur. "Sekalipun sudah diberi obat yang cukup banyak, hama uret tak juga hilang. Bahkan serangan uret kali ini terbilang cukup ganas karena mampu merusak tanaman padi, kami berharap ada solusi dan bantuan dari Pemkab Gunungkidul untuk mengatasi hal ini," ujar Suradal yang menambahkan, akibat serangan uret hasil panen padi hanya sekitar 40 persen yang tentu saja membuat petani merugi. Kendati ada serangan hama, tetapi secara umum pertumbuhan tanaman di Gunungkidul cukup bagus karena curah hujannya cukup memadai. Jika tahun-tahun sebelumnya sering terjadi pedatan (hujan menghilang) pada awal pertumbuhan, sampai memasuki tahun 2009 ini cukup aman dari gangguan |
Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 20 cm.
Sisi atas tubuh (punggung, ekor) berwarna coklat kelabu, sisi bawah (tenggorokan, leher, dada dan perut) putih keabu-abuan. Bagian atas kepala, mulai dari dahi, topi dan jambul, berwarna hitam. Tungging (di muka ekor) nampak jelas berwarna putih, serta penutup pantat berwarna jingga.
Iris mata berwarna merah, paruh dan kaki hita
Cucak kutilang kerap mengunjungi tempat-tempat terbuka, tepi jalan, kebun, pekarangan, semak belukar dan hutan sekunder, sampai dengan ketinggian sekitar 1.600 m dpl. Sering pula ditemukan hidup meliar di taman dan halaman-halaman rumah di perkotaan. Burung kutilang acapkali berkelompok, baik ketika mencari makanan maupun bertengger, dengan jenisnya sendiri maupun dengan jenis merbah yang lain, atau bahkan dengan jenis burung yang lain.
Seperti umumnya merbah, makanan burung ini terutama adalah buah-buahan yang lunak. Cucak kutilang sering menjengkelkan petani karena kerap melubangi buah pepaya dan pisang yang telah masak di kebun. Namun sebaliknya burung ini menguntungkan petani karena juga memangsa pelbagai jenis serangga, ulat dan aneka hewan kecil lainnya yang menjadi hama tanaman.
Kelompok burung ini acap terbang dengan ribut, berbunyi nyaring cuk, cuk, ..! ; atau bersiul berirama yang terdengar seperti ke-ti-lang.. ke-ti-lang.. berulang-ulang di atas tenggerannya.
Sarang cucak kutilang berbentuk cawan dari anyaman daun rumput, tangkai daun atau ranting yang halus. Telur dua atau tiga butir, berwarna kemerah-jambuan berbintik ungu dan abu-abu. Tercatat bersarang sepanjang tahun kecuali Nopember, dengan puncaknya April sampai Septembe